Senin, 21 Maret 2011

Abba's Love

Di sebuah kota tinggalah Amir bersama dengan ayahnya. Hari-hari yang Amir jalani sangat timpang, karena tidak ada cinta dari seorang ibu. Ibu Amir telah lama tiada, dan Amir sama sekali tidak pernah melihat wajah ibunya. Namun Amir selalu mengahadapi harinya dengan senyum.



Hingga suatu hari, saat Amir hendak memberikan makan siang kepada ayahnya yang bekerja sebagai kuli bangunan. Tiba-tiba sebuah kayu yang cukup besar menimpa kaki ayah Amir. Amir sontak terkejut melihat peristiea itu. Dengan segera Amir menolong ayahnya yang telah terjatuh. Air mata tampak membasahi wajah Amir. Amir sangat takut bila keadaan ayahnya bertambah parah.

Segera mereka pergi kerumah sakit di antar dengan mobil salah satu pekerja di sana. Sesampainya di sumah sakit, para teman ayahnya itu meninggalkan Amir sendiri mengurus ayahnya. Setengah jam menunggu masih belum ada dokter yang memberi tahu keadaan. Amir terus menunggu hingga dua jam dan tim dokter menghampiri Amir. Dokter itu mengatakan bahwa kaki ayah Amir mengalami kelumpuhan karena tertimpa kayu yang tepat mengenai tulang rawan di kaki ayahnya.

Amir tak percaya mendengar hal itu, dan kini Amir tak bisa bersekolah dengan tenang karena harus memikirkan kesehatan ayahnya. Pelajaran pun banyak yang tertinggal. Amir kini harus menjalani kehidupan sebagai kepala keluarga. Hingga pada suatu saat Amir mendapat tawaran untuk bekerja sebagai anak buah kapal. Amir sangat senang dengan tawaran itu. Apa lagi gaji yang di beri sangat banyak.

Tapi kebahagiaan Amir sirna setelah menyadari bahwa ayahnya tak bisa jika tanpa Amir yang menemani. Amir sangat sedih dengan situasi yang tak bersahabat. Amir sejenak berpikir dan mencoba mengingat lagi hal-hal yang pernah Amir dengar. Hal yang pertama kali Amir ingat adalah jika hidup adalah sebuah pilihan. Dan ya, Amir memutuskan untuk pergi meninggalkan ayahnya sendiri.

Saat Amir pamit kepada ayahnya, ayah Amir melarang Amir untuk pergi dan mencari pekerjaan lain. Tapi larangan itu membuat Amir marah. Amir yang sangat sayang kepada ayahnya, hari itu berubah menjadi seorang yang di lingkupi kebencian yang amat sangat kepada ayahnya.

Jarak dari rumah Amir ke pelabuah adalah sekitar 10 kilometer dan biasanya memerlukan waktu 30 menit bila berjalan kaki, dan pertengkaran itu tidak membuat waktu berhenti, dan kapal akan berlayar sepuluh menit lagi. Amir yang menyadari bahwa waktu terus berlalu segera berlari meninggalkan ayahnya yang telah melarangnya dengan sangat.

Amir berlari dan terus berlari tanpa berhenti sedetikpun, sambil berharap kapal masih berlabuh. Tapi waktu tak bisa berbohong, setibanya Amir di pelabuan kapal itu telah berlayar. Amir kecewa dan marah kepada ayahnya. Amir lantas pulang, dan melampiaskan kepada ayahnya.

Sesampainya di rumah, Amir sangat marah. Namun ayahnya dengan sabar menghadapi sikap Amir, dan mengatakan bahwa bukan hal yang buruk jika percaya kepadanya. Amir terdiam dan menangis, karena hanya ayahnya satu-satunya keluarga yang Amir punya. Di peluknya ayah itu, dan meminta maaf.

Seminggu telah berlalu, Amir sudah tidak lagi memikirkan hal itu. Kini Amir menciba mencari pekerjaan yang lain sambil melanjutkan lagi sekolahnya. Namun saat tak sengaja Amir membeli sebuah koran dan membaca berita utamanya. Amir terkejut melihat bahwa kapal yang dulu akan menjadi tempat bekerjanya sekarang telah karam di hantam ombak besar. Amir bersyukur karena ayahnya telah menghambat Amir menuju ajalnya.

Dan kini Amir telah mendapatkan pekerjaan sampingan yang penghasilannya mencukupkan. Bahkan hingga lulus sekolah. Amir membiayai dirinya sendiri dan mencukupi kebutuhan ayahnya yang sakit. Ketika ayahnya bertanya tentang pekerjaan Amir, Amir menjawab dengan santai bahwa dirinya adalah seorang OB di sebuah perusahaan swasta terbesar di kota itu.

Walau hanya dengan pekerjaan seperti itu, membuat ayah Amir bangga dengan putra tunggalnya itu. Dan suatu hari Amir mendapatkan promosi sebagai karyawan perusahaan itu, dan Amir sangat senang sekali. Ketika ayahnya mengetahui hal itu, ayahnya juga turut senang.

Selama setahun Amir menjadi karyawan dan promosi itu datang lagi, tahun demi tahun selalu ada promosi dalam hidupnya, namun tak sedikit juga rintangan yang menunggunya.

Terdengar kabar bahwa tanah tempat rumahnya berdiri akan di gusur. Warga sekitar sangat ketakutan dan mencoba berdemo. Tapi Amir tidak mengikuti apa yang warga lain lakukan. Yang Amir lakukan adalah bercerita tentang ketakutannya kepada ayah yang selalu ada umtuk Amir, ayah yang begitu mengasihi Amir. Dan lagi-lagi ayahnya mengatakan jika Amir harus percaya dan lebih percaya lagi.

Amir melakukan hal itu, dan saat penggusuran itu tiba. Ternyata perusahaan yang menggusur mengurungkan niatnya karena hal yang sepele. Alasanya hanya karena tanah yang akan di gusur terlalu sempit dan tidak strategis. Dan Amir dengan kebahagiaan yang meluap-luap di hatinya menceritakan hal itu kepada ayahnya.

Namun pada suatu hari perusahaan yang tempat Amir bekerja bangkrut dan Amir mencoba percaya jika hal itu tidak akan terjadi, tapi yang terjadi berkata lain. Perusahaannya bangkrut, meski telah memiliki rumah sendiri. Namun Amir tidak menjadi percaya lagi. Hatinya telah sakit akibat mempercayai sesuatu yang tidak masuk akal.

walau percaya adalah hal yang selalu di ajarkan ayahnya. Amir kini kehilangan itu semua dan mencoba melakukan hal-hal yang sangat tidak seharusnya di lakukan oleh Amir. Amir menjadi seorang pemabuk. Namun ayahnya tidak pernah meninggalkan Amir, selalu ada untuk Amir. Walau hanya menggunakan tongkan untuk berjalan. Ayahnya tetap setia menjaga Amir.

Hingga suatu hari Amir jatuh sakit dan ayahnya setiap malam menangis dan berharap kesembuhan datang kepada Amir. Tetapi keajaiban itu tidak kunjung datang.

Hampir seminggu Amir sakit dan ayahnya memanggil dokter ke rumah. Dokter itu memeriksa Amir dengan seksama. Ternyata Amir mengidap penyakit gagal ginjal dan tidak akan bertahan lama jika tidak ada ginjal pengganti.. dan saat itu juga Amir di bawa ke rumah sakit.

Dan pendonor ginjal itu tidak ada. Dan satu-satunya jalan adalah memberikan ginjal yang ayah Amir punya. Tim dokter tidak mengijinkan itu karena ayah Amir terlalu tua dan kemungkinan berhasil di pihak ayah Amir sangat kecil. Jadi, jika Amir dapat hidup lagi maka nyawa ayah Amir tidak demikian.



Ayah Amir sudah memikirkan semua resiko itu, dan menerima segala kemungkinan yang terjadi. Operasi pencangkokan ginjal itu segera berlangsung. Keringat membasahi wajah ayah Amir. Karena ayah Amir tahu jika Amir bisa hidup kembali, maka harus ada yang menggantikan posisinya.

Dan operasi itu berjalan dengan penuh keraguan. Satu jam pun telah berlalu, Amir selamat dari sakit ginjalnya. Dan ayahnya..

Terbaring lemah dan tidak berdaya, tiga hari kemudian Amir sadarkan diri dan dokter menceritakan apa yang telah Amir alami. Amir menangis dan menyesal. Amir segera bergegas mencari ayahnya. Amir mendapati ayahnya tertisur, ntah masih belum sadar atau bagaimana.

Namun beberapa menit kemudian ayahnya membuka mata, Amir terlihat begitu senang. Ayahnya mengatakan bahwa untuk sebuah kehidupan yang lebih baik diperlukan sebuah pengorbanan yang pantas. Dan juga karena begitu besar cinta ayah Amir kepada Amir. Maka, pengorbanan itu adalah hal yang terindah untuk bisa membuat Amir bertahan hidup.

Setelah mengatakan hal itu ayah Amir menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Amir sangat sedih karena kehilangan sosok setia dalam hidupnya, namun dalam tubuh Amir kini ada ginjal sang ayah yang menjadi satu dengan tubuhnya. Dan Amir sangat bersyukur mempunyai ayah yang setia dan mau berkorban.

Ayah yang mengajarkan untuk percaya, Ayah yang mengajarkan untuk bersabar dan menunggu waktu yang terbaik. Ayah yang juga menjaga saat ketakutan. Ayah yang memiliki kasih yang sempurna. Hidup tak akan ada jika tidak ada darah yang tertumpah. Ayah menunggu ada yang percaya denganNya. Dan mungkin darah itu tidak terlihat lagi. Namun, tidak ada salahnya jika kita percaya.

0 komentar:

Posting Komentar